Kebiasaan memegang alat kelamin ini lebih sering dialami oleh anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Penyebabnya dikarenakan alat vital laki-laki posisinya berada di luar, lebih menonjol daripada alat vital perempuan yang terlindung di dalam. Karena itu alat vital laki-laki menjadi lebih sensitif terhadap sentuhan dari luar. Namun, bukan berarti anak perempuan tidak ada yang melakukan tindakan hal tersebut, loh! Justru beberapa kasus memegang kemaluan ini terjadi pada anak perempuan.
Rasa Ingin Tahu
Jika memang anak didapati sedang “asyik” dengan kemaluannya, jangan langsung dibentak. Pasalnya, anak usia prasekolah sedang mengalami fase Phallic – ditilik dari tahap perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud - yang terkait dengan area kelamin. Eits, jangan takut dulu! Fase tersebut bukanlah bentuk seperti seksualitas dewasa, lantaran organ fisik si kecil pun belum matang.
Namun, stimulasi seperti menyentuh, meraba, hingga memegang alat vitalnya dirasa menyenangkan bagi anak laki-laki. Mempunyai sensasi tersendiri.
“Menurut psikoseksual, setiap tahap usia memiliki area-area yang menjadi pusat kenikmatan. Pada fase Phallic ini anak mengalami gender identity atau identitas jenis kelamin dan mulai lebih peka terhadap tubuhnya sendiri. Mereka mulai memahami bahwa ada perbedaaan antara laki-laki dan perempuan. Ketika mulai memperoleh kenikmatan dengan menyentuh atau memegang sebetulnya itu hanya sekadar wujud dari rasa ingin tahunya, tidak lebih dari itu dan setiap anak akan melewati fase ini,” tambah Roslina.
Fase ini berbeda dengan fase genital yang merupakan tahap akhir dari perkembangan Psikoseksual Freud di mana organ-organ reproduksi sudah siap dan tujuannya lebih pada aktivitas untuk kepuasan seksual.
Pahami dan Tanyakan
- Orangtua harus rileks. Pahami, bahwa fase ini memang terjadi pada anak.
- Ketika anak menyentuh, tanyakan, “Ada apa disentuh, Nak? Merasa nggak nyaman ya?” Ketika anak menjawab ya, tanyakan kembali, “Apa yang membuatmu tidak nyaman, Sayang?” Sambil terus diajak bicara, maka perhatian anak akan teralihkan.
- Ajak anak dalam permainan yang atraktif. Misalnya, membuat clay, menggambar, atau aktivitas fisik lainnya. Jangan sampai anak dibiarkan kekurangan aktivitas.
- Pastikan baik anak laki-laki maupun perempuan pakaian dalamnya dalam keadaan bersih. Setelah buang air kecil pastikan betul-betul bersih dan kering. Karena jika lembap akan memicu munculnya kuman penyebab gatal. Gatal mengakibatkan anak ingin menggaruk, dengan menggaruk terjadi lagi kontak dengan kemaluannya.
- Saat anak mulai menggaruk, Anda bisa bertanya, “Ada apa, Sayang? Gatal ya? Kalau gatal dikasih obat, ya. Tapi kalau tidak gatal jangan digaruk-garuk atau dipegang-pegang lagi, ya."
No comments :
Post a Comment