Orang tua yang memiliki anak dengan berkebutuhan khusus seperti autis hendaknya jeli dalam mengenali potensi dan bakat anak mereka sejak dini. Hal ini menjadi penting untuk menentukan masa depan dan kehidupan mereka.
"Temukenali bakat anak sedini mungkin. Jangan cuma didiamkan saja. Bantu anak mengembangkan bakat mereka," kata Tri Gunadi, Konsultan Anak Berkebutuhan Khusus dan Dosen Vokasi Kedokteran Okupasi Terapi Universitas Indonesia, saat ditemui dalam acara Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations, dengan tema Autism Awareness Festival, Sabtu, (14/4/2012) lalu.
Tri Guna menyampaikan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui bakat dan minat anak. Pada fase pertama, orang tua harus mencaritahu dan mengenali bakat anak. Kedua, tes bakat minat dengan melibatkan (psikolog). Pada anak autis, tes bakat menggunakan fingerprint sebaiknya tidak dilakukan.
"Untuk anak spesial, fingerprint tidak berlaku karena tertutupi oleh ketidakmampuannya terkait masalah sensori, bicara, dan interaksi," katanya
Setelah menemukan bakat anak, maka tahap selanjutnya adalah memasukkan anak ke pendidikan vocational. Konsep pendidikannya lebih mengandalkan skill atau keterampilan dan bertujuan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dan terampil.
Triguna berpendapat, pendidikan vocational adalah pendidikan yang paling ideal untuk anak special need seperti, autis. Karena anak autis tidak balance antara IQ dan EQ.
"Banyak anak autis yang IQ tinggi tapi tidak fungsional," ucapnya.
Pendidikan vocational bisa diberikan ketika anak berusia minimal 10 tahun. Pada anak autis, ia harus memilih apakah mengikuti pendidikan formal atau vocational. Meskipun ada beberapa anak autis yang bisa menjalankan pendidikan formal dan vocational secara bersamaan.
"Memang tergantung kasus per kasus. Tapi lebih baik memilih salah satu," katanya.
Tingkat pengajaran yang diberikan anak autis di pendidikan vocational bermacam-macam. Mulai dari yang sederhana sampai berat. Misalnya, membuat adonan kue sampai teknik grafika.
Meskipun idealnya pendidikan vocational diberikan sejak anak usia 10 tahun, tapi sayangnya, di Indonesia, pendidikan vocational baru ada di tingkat universitas. dan SMA/SMK. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar (SD) belum digarap.
"Padahal bagi anak autis pendidikan vocational adalah jalan terbaik untuk menentukan kehidupan mereka yang sebenarnya. Karena tidak semua anak mampu mengikuti pendidikan formal," terangnya. ( kompas )
No comments :
Post a Comment